Monday, September 17, 2018

AKU BERSAKSI (YER. 1:4-12)






Zaman sekarang kita hidup didunia postmodern.  Ciri khas post modern yang paling keliatan ialah:  Tidak ada kebenaran yang mutlak.  Kebenaran itu relatif. Bagi mereka kebenaran itu tergantung masing-masing cara orang memandang sudut pandang.  Misal:  Apa bedanya kursi dan meja?  Oh kursi buat duduk,meja buat taruh barang.   Lah, sama-sama berkaki empat kok.  Kalau kursi sandaranya dipotong masi kursi ga?   Kalau saya duduk dimeja emang masalah?  Kalau masalah kenapa?  Gak sopan, siapa yang bilang ga sopan?  Siapa yang tentukan sopan atau gak?  Jangan-jangan dulu ada yang bilang ga sopan, tapi orang yang bilang dulu kenapa dia bisa bilang ga sopan?  Siapa yang bikin aturan bgitu?  Akhirnya kita boleh duduk dimeja.   Begitu pemikiran jaman sekarang.  Jauh lebih terbuka, jauh lebih bebas.  Pakai sandal kiri-kanan ga seragam ga masalah.  Itu keren.  Rambut ga simetris gak apa-apa.   Pakai rok ga harus dibawah lutut.  Siapa yang tentukan pakai rok harus dibawah lutut?  Siapa bilang yang diatas lutut tidak standard dan menggoda lak-laki berpikir negatif?  Ada tuh daerah-daerah tertentu yang cewek-ceweknya pakai rok diatas lutut tapi laki-lakinya terbiasa dan ga pikir macam-macam.  /jangan-jangan para biarawati yang tentukan gitu. Dan sebagainya.  Semua kebenaran dipertanyakan.  Semua dijaman ini dianggap tidak ada kebenaran yang mutlak.  Semua sifatnya relatif.

Nah, salah satu hal yang paling susah dilakukan dijaman ini adalah: bersaksi.  Susah sekali bersaksi ditengah orang-orang yang tidak menganggap kebenaran mutlak itu ada.   Kalau kita bilang: Percaya Tuhan. Mereka: kenpa percaya Tuhan?  Karena alkitab mengatakan.  Apakah alkitab itu benar.  Alkitab itu dikarang puluhan orang, tidak ada kesalahan.  Akan ditanya lagi, menurut siapa?  Dsb.  Bersaksi menjadi jauh lebih rumit.  

Tapi panggilan semua orang Kristen adalah bersaksi.  Jadi di zaman apapun dan kondisi apapun kita tetap harus bersaksi.  Kita tidak boleh menyerah dan berkata: tidak ! untuk memberian kesaksian.  Karena itu panggilan kita.  Berbuah dan menjadi berkat.   Ketika Tuhan mengatakan:  engkau adalah terang, engkau adalah garam, ini berbicara tentang panggilan kita untuk bersaksi.  Di kisah rasul ketika dikatakan Roh kudus turun, dia akan bersaksi tentang Kristus, dan saya percaya kalau orang yang penuh Roh kudus dia terlihat dari keberaniannya untuk bersaksi.  Ciri-ciri orang yang penuh roh kudus bukan bahasa roh, tapi bagaimana hidupnya perlu bersaksi.

Tapi bagaimana caranya bersaksi bagi generasi postmodern yang susah ini?  Mau adu argumentasi, sepertinya bukan cara yang tepat.  Biar kita menang argumentasi, orang jaman sekarang akan berpikir: yah, saya tetap percaya saya punya benar kamu mau apa.  Itu kan menurut kacamata berpikirmu.  Kalau saya gak mau percaya kamu mau apa?  Sangat tidak gampang.  

Nah, dalam kelas kami kemarin, kami menyimpulkan ada satu cara yang paling kuat untuk dapat menyampaikan kesaksian dijaman postmo.   Yaitu dengan menjadi teladan dalam hidupmu. Menjadi teladan itu berarti kita Menjadi inspirasi, menjadi contoh, yang bikin mereka tertarik dengan hidupmu.  Lakukan suatu untuk berkarya, yang bikin orang sekitar mu melihat: bahwa ada yang berbeda dengan dirimu.  Do something defferent.  Biarkan mereka sendiri yang melihat: ada apa dengna kita, baru mereka percaya.  Teladan hidup jauh lebih bersaksi daripada ucapan kita.   Misa:  Mengapa dia lebih mengasihi daripada orang-orang yang ada disekitar saya.  Kenapa mereka bisa mengampuni orang yang menyakiti mereka.  Mereka mereka tegar meski mereka kehilangan ornag-orang yang mereka kasihi.  Mengapa mereka rela luangkan waktu sebanyak itu untuk menolong orang lain, padahal  mereka juga punya kesibukan.  Dsb.  Do something defferent.  Ketika mereka tertarik dengan kisah hidup kita, pada saat itulah kita dapat dengan mudah berbicara tentang Yesus yang terlebih dahulu mengubah hidup kita.

Apakah mudah?  Tidak.  Bersaksi disetiap jaman apapun tidak pernah mudah.  Dijaman dulu ada kesusahannya.  Di jaman bokap nyokap kita ada kesusahannya.  Dijaman kita juga ada kesusahannya.  Yeremia seorang nabi besar, tapi Ia pun menghadapi zaman yang tidak mudah.  Pada saat itu begitu banyak nabi palsu yang suka bicara pakai nama Tuhan.  Ketika Yeremia dipanggil Tuhan untuk membicarakan pertobatan, duh itu ga gampang.  Nabi-nabi palsu itu terus berbicara yang mmenyenangkan.  Tuhan berbicara lewat Yeremia, bertobat, atau saya menghukum kamu, tapi nabi-nabi itu berkata:  Tidak akan, Tuhan berbicara akan menyertai dan berperang buat kamu.  Kira-kira yang mana lebih didengarkan?  Yang menyenangkan dong.  Apalagi Tuhan suruh Yeremia itu bernubuat gini:  Suruh mereka menyerah ke Babel, karena saya mau menghukum Israel.  Wah, itu berita kesaksian Firman yang sangat susah diterima.  Kalau saya jadi mereka saya akan pikir bahwa Yeremia inila mata-matanya Babel.  Dan kenyataanya demikian, Yeremia dikira mata-mata oleh orang Israel.  Habis disuruh nyerah terus.  Gampang?  Tidak gampang.  Intinya disetiap zaman ada kesusahannya.  Tapi dari perikop yang kita baca, ada 3 hal yang indah bagi setiap orang percaya.

Tuhan mengenal kita (ay.5)
Pengetahuan bahwa Tuhan mengenal kita, itu memampukan kita untuk bersaksi.  Dalam ayat 5 dikatakan “ Sebelum Aku membentuk Engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau.  Dan sebelum engkau keluar dari kandungan Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”  Tuhan mengenal siapa kita sedetil-detilnya kita.  Tuhan yang tau seberapa kemampuan kita, dan dia tau setiap kekurangan dan kelebihan kita.

Dalam kitab Yohanes Tuhan itu dikatakan sebagai gembala yang mengenal domba-dombanya.  Gembala paling tau.  Ada domba yang malas, domba yang pemarah, domba yang suka bermain, domba yang suka sedih, domba yang banyak pergumulan, domba yang periang.  Tuhan mengenal kita.  Oleh karena Dia mengenal kita,  maka perlakuannya terhadap setiap domba, Tuhan paling tau.  Tuhan tau kepada siapa dia bersikap keras, Tuhan tau kepada siapa dia harus memanjakan, Tuhan tau domba mana yang harus diiming-imingi.  Tuhan tau domba mana yang harus pelan-pelan diarahkan, atau yang langsung to the point.

Pengenalan Tuhan itu sempurna.   Kadang melihat seorang ibu mengenal anaknya kita akan kagum.  Oey, oh, lapar ya.  Oekkk, oh sakit ya.  Oekk, oh lagi pura-pura nangis.  Kok bisa ya.  Seorang ibu itu mengenal kita luar biasa.  Tapi satu hal yang kita perlu tahu, pengenalan Tuhan jauh lebih itu.  Orang tua kita mengenal kita sejak kita lahir, pengenalannya progresif.  Tapi Tuhan mengenal kita sbelum kita dilahirkan. Dia bahkan mengenal dan mengetahui jumlah rambut kita. 

Dalam konteks bersaksi:  itu berarti karena Tuhan mengenal kita, Dia juga tau seberapa jauh kemampuan kita.  Dia juga tau apa talenta kita.  Setiap kita sudah dititipkan talenta minimal satu.  Tuhan tau bagaiamana kesusahan anda, ia tau bagaimana permasalahan yang kamu hadapi.  Ia tau seberapa jauh gejolak hatimu.  Ia tau semua.

Ingat, Tuhan mengenal kamu lebih dari siapapun.  Dia tau kekuatanmu, dia tau seluruh problemmu, dia tau semua kesusahan hatimu.  Dan sebuah keyakinan Tuhan tahu semua tentang kita, harusnya memampukan kita untuk terbuka kepada Tuhan dalam doa.  Dan Tuhan juga tau kemampuanmu sejauh mana bersaksi.

Tuhan menyertai kita (ay. 6-8_)
            Hal kedua yang menguatkan Yeremia juga seharusnya kita adalah sebuah kenyataan bahwa Tuhan menyertai kita.  Diayat 6, ketika Tuhan menyatakan bahwa Ia mengenal Yeremia, ternyata itu ga cukup membuat Yeremia berani.  Itu sebabnya Yeremiapun sempat membuat alasan : ”Ah Tuhan sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.”  Wajar sekali apa yang Yeremia lakukan, itu mirip anak Tuhan zaman now.  Ketika disuruh bersaksi, kita suka berkata “ah Tuhan,saya ga punya kemampuan apapun,; ah Tuhan, saya sibuk ;ah Tuhan, masalah saya sendiri banyak, bagiamana mau bersaksi.  ;  Atau ah Tuhan, saya sendiri masi banyak dosa, bagaimana mau bersaksi.”   Itu wajar sekali.  Nabi sekaliber Yeremia juga pernah melakukannya

            Tapi menarik sekali bagaimana respon Tuhan ke Yeremia?  Dia berkata demikian  (ay7) “ Janganlah katakan:  aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.”  Ay8 “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan.”  Tuhan tau masalah Yeremia itu bukan ketidak mampuan bicara.  Tapi Tuhan tau Yeremia itu takut.  Itu sebabnya Tuhan berkata jangan takut.  Dan Tuhan menjanjikan, Aku menyertai Engkau.  Penyertaan Tuhan yang memampukan kita untuk bertahan.

Tuhan memampukan kita (ay.9-12)
Bukan hanya mengenal, bukan hanya menyertai, tapi Tuhan juga memampukan kita.  Tuhan memampukan itu berarti Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk bersaksi.
Dalam ayat 9-12 dikatakan “Lalu Tuhan mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; Tuhan berfirman kepadaku: Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.  Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam….”  Perhatikan semua kata kerja yang menunjukkan Tuhan yang aktif.  Dikatakan Tuhan mengulurkan tanganNya.  Tuhan menjamah mulut yeremia.  Tuhan maenaruh perkataan-perkataan dalam mulutnya.  Tuhan mengangkat Yeremia.  Perhatikanlah bahwa semua kata ini berbicara tentang bagaimana Tuhan yang memampukan dan yang mengerjakan kesaksian itu lewat Yeremia.

Dikisah lain di perjanjian lama, Yunus juga mengalami hal yang sama.  Ia tidak berani bersaksi.  Setelah kejadian diperut ikan beberapa malam lamanya, akhirnya Yunus harus menjalankan kesaksiannya ke niniwe.  Kalau kita perhatikan, kesaksian yunus begitu simpel.  Dia gak dikenal  suku niniwe.  Dia Cuma teriak-teriak suruh bertobat.  Tapi kenapa Niniwe itu bertobat?  Tuhan yang bekerja dan berkuasa.

Diperjanjian baru, pun Petrus dan murid-murid lain pernah menyampaikan kesaksiian tentang Yesus.  Mereka menjelaskan kitab suci dengan begitu baik.  Semua orang pada waktu itu terheran-heran, kenapa mereka bisa berkata-kata dengan luar biasa (seperti orang berpendidikan) bukankah mereka Cuma nelayan?  Roh Kudus memampukan mereka.  Ini sejalan dengan yang Yesus janjikan, dimana jika Roh Kudus turun atas kita, Roh itulah yang akan bersaksi dan berkata-kata tentang apa yang harus dikatakan. 

 Jika Tuhan yang memampukan pastinya kita akan berhasil bukan?  Tuhan itu berkuasa.  Dia sanggup melakukan segala apapun.  Terlalu gampang bagi Dia untuk memampukan kita bersaksi.  Jika IA bisa membuat batu menginjili orang, maka begitu mudahnya bagi Tuhan untuk memampukan kita.  Kita sadari semua ranah pelayanan yang kita lakukan ini jika bukan Tuhan yang mampukan kita, maka semua tidak ada artinya.  Itu bukan kemampuan kita, tapi kemampuan yang Tuhan berikan semata.

Waktu pelayan misi juga didesa yang lain, saya sempat heran dengan seorang ibu didesa sana.  Kenapa bisa?  Ibu itu banyak yang berkunjung kerumahnya.  Untuk apa?  Supaya dia bisa dipijet sama ibu itu.  Bahkan yang datang kerumah ibu itu dari desa-desa yang jaraknya bisa 3-4 jam jauhnya.  Mereka rela datang ke desa ibu itu untuk dipijet sama ibu tersebut.   Pertama saya kira pijetan ibu itu enak banget, sampai orang-orang rela datang kesana.  Ternyata rumor yang beredar ialah ibu tersebut pijetannya mampu menyembuhkan banyak penyakit.  Ia bisa menyembuhkan kanker, sakit ginjal, sakit jantung, dsb.  Saya waktu mendengar hal itu saya kaget.  Sampai ada suatu kesempatan ia bersaksi kepada saya.  Ini unik ceritanya.  Beberapa tahun dahulu, waktu anak putranya masi kecil.  Pernah  anaknya sakit keras, sampai mau mati.  Di desa tidak ada perawatan yang cukup.  Tidak ada rumah sakit.  Ia dirawat sekedarnya.  Ibu ini panik luar biasa.  Dalam kepanikan itu ia berdoa.  Tuhan sembuhkan anak saya, saya mau melayani engkau.  Dan ternyata anaknya sembuh.  IA berdoa lagi kepada Tuhan demikian:  Tuhan, berikan saya kemampuan menyembuhkan, supaya saya bisa menolong orang lain yang bergumul juga.  Bebebrapa waktu kemudian setelah dia berdoa, eh ada tetangganya yang sakit minta dipijet.  IA ga tau kenapa, tapi tetangganya percaya.  Setelah dipijet menjadi sembuh, lantas tetangga lainnya juga mencobanya.  Dan beberapa yang disembuhkan, akhirnya beritanya tersiar disekitar desa tersebut.  Setiap kali ada yang pijet, ibu ini suruh percaya Tuhan dan berserah sama Tuhan.  Ia bersaksi tentang Tuhan.

Unik kan kisahnya?  Tapi saya melihat gini, kalau Tuhan memampukan, biar karunia pijet aja bisa dipakai untuk bersaksi.  Kita percaya Tuhan menaruh kita satu talenta bukan?  1 talenta itu saja bisa dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang.  Karena Tuhan memampukan.
Yang diperlukan disini adalah ketaatan dan keberanian.  Taat berarti:  Mau ga kita bersaksi, dengan cara apapun.  Lewat instagram kah, lewat facebook, lewat sikapmu, lewat hidupmu, lewat kasihmu, lewat apapun.  Maukah anda bersaksi?   Dan yang diperlukan kedua adalah keberanian.  Lawan zona nyamanmu, ketakutanku, pikiran negatif (takut dianggap suci, kita sendiri masi berdosa, dsb)  Terlalu banyak pikiran yang mengalihkan kita untuk tidak bersaksi.  Bersaksilah, secara otentik.  Tidak perlu dibuat-buat.  Bersaksi dengan dirimu sendiri.
Jadi marilah bersaksi dengan kreatif, dengan otentik, dengan taat, dan dengan berani.  Jadikan 3 hal tadi sebagai penguat kita:  tuhan mengenal kita, Tuhan menyertai kita, Tuhan memampukan kita.



No comments: