Thursday, January 10, 2013

Berhenti Menghakimi




Yohanes 8:7b“Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

Kita harus jujur mengakui bahwa seringkali kita entah dengan sadar atau tidak, sering menghakimi keberadaan sesama kita.  Walaupun seringkali hal itu kita ungkapkan berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang akurat, harus kita pikirkan dan renungkan kembali, apakah semua itu sesuai dengan kehendak Tuhan?
Ketika Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi datang kepada Yesus membawa seorang perempuan yang berjinah, dan hendak melempari mereka dengan batu, mereka bertanya kepada pendapat Yesus.  Jelas-jelas dalam hukum Musa dikatakan jika seorang yang kedapatan berjinah maka ia harus dilempari dengan baktu.  Dan secara fakta memang perempuan itu berjinah.  Namun bagaimana respon Yesus?  Ia malah berkata “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”  Akhirnya tidak ada seorangpun yang berani melempari perempuan itu dengan batu, karena mereka menyadari bahwa dirinyapun banyak dosa. (HF)   

Mari berhenti menghakimi, sebab kita sendiripun layak untuk dihakimi.

Monday, December 17, 2012

Betapa Besar Kasih-Nya



Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Kasih yang besar terhadap seseorang dapat mendorong kita melakukan perihal-perihal yang tampak ‘bodoh’.  Ada orang rela manjat tebing yang tinggi hanya untuk mengukir nama kekasihnya.  Ada orang yang rela berteriak-teriak di keramaian jalan raya untuk menunjukkan cintanya, dsb.  Kasih mendorong kita melakukan hal-hal yang tidak masuk akan.
Cobalah renungkan... ketika Allah mengaruniakan kepada kita Anak-Nya yang tunggal, apakah itu bukan tindakan yang ‘tidak masuk akal’?  Dalam pemikiran kita, bagaimana mungkin seorang ayah mau menyerahkan anaknya untuk kepentingan orang lain.  Sangat tidak masuk akal.  Tapi Allah rela mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus, kepada setiap kita.  Mengapa?  Diawal ayat jelas dikatakan: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.  Ya....Betapa Allah mengasihi kita.  Mari jangan sia-siakan kasih Allah dalam hidup kita.  Hiduplah hari demi hari untuk menyenangkan hati-Nya. 
Kasih Allah terlalu besar bagi kita.

Tuesday, November 27, 2012

WASPADA TERHADAP DOSA KETAMAKAN (YOSUA 7) #2




Dampak Dosa Ketamakan

Setiap dosa pasti memiliki akibatnya.  Demikian juga dengan dosa ketamakan.  Pertama, ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri sendiri.  Misalkan saja Yudas Iskariot.  Karena ketamakannya dia menjual dan menyalibkan Yesus dengan harga 300 keping perak.  Tapi apa akibatnya?  Ia mendapatkan perasaan bersalah yang begitu besar.  Akibatnya ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.  Di kisah lain juga kita tahu tentang Ananias dan Safira.  Suami Istri yang hidup di jemaat mula-mula.  Karena ketamakannya, mereka rela menipu jemaat seakan-akan mereka menjual semua hasil tanahnya dan dipersembahkan, padahal hanya setengah saja.  Apa akibatnya?  Seketika itu juga Ananias dan Safira diambil nyawanya oleh sebab mereka telah mendustai Roh Kudus.  Demikian juga dengan Akhan.  Karena ketamakannya akibatnya ia harus dilempari batu oleh segenap bangsa Israel sampai mati.   Dari sini kita dapat melihat jelas bahwa ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri kita sendiri.

Bahkan lebih lagi, bukan hanya berdampak bagi diri sendiri, yang kedua: ketamakan itu dapat berakibat fatal bagi orang lain, termasuk orang yang didekat kita.  Saya sangat tertarik dengan pendahuluan di pasal ini.  Di ayat 1 dikatakan “Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel.”   Coba perhatikan kalimatnya: “Tetapi orang Israel berubah setia......”   Saya berpikir: mengapa yang dikatakan berubah setia adalah orang-orang Israel?  Bukankah kesalahan hanya dilakukan oleh satu orang yang bernama Akhan?  Mengapa yang disebut berubah setia semua orang Israel?  Bahkan seluruh bangsa Israel dihukum dengan kekalahan melawan bangsa Ai, dengan matinya puluhan orang Israel.  Dari sini saya memahami bahwa acapkali kejatuhan kita tidak hanya berdampak bagi diri sendiri, tapi berdampak juga bagi orang lain.  Coba perhatikan, selain merugikan seluruh bangsa Israel, kejatuhan Akhan membuat seluruh keluarganya turut mendapat hukuman, termasuk anak-anaknya, semua dilempari batu sampai mati.

Bukankah ini juga yang terjadi dengan kasus Gehazi.  Ketika ia menginginkan harta milik Naaman yang seharusnya diberikan kepada nabi Elisa, ia menipu supaya ia mendapatkan harta itu.  Akibatnya ia dihukum menjadi kusta.  Bahkan ia dikutuk dan dikatakan bahwa semua keturunannya akan menjadi kusta.    Itu juga yang dilakukan oleh Adam dan Hawa bukan?  Karena keinginannya untuk menjadi seperti Allah, akibatnya semua manusia harus menerima kutukan dosa.  Dari sini kita dapat melihat bahwa dosa ketamakan bukan hanya berakibat untuk diri sendiri, tapi juga untuk keturunan kita, juga orang-orang disekitar kita.  Sebab itu berhati-hatilah.  Waspadalah terhadap dosa ketamakan.  Di balik setiap ketamakan ada akibat yang berbahaya bagi kita juga bagi orang lain. 

Dikisahkan, seorang pertapa tua, dalam perjalanan meditasinya di dalam hutan belantara, ia menemukan sebuah gua batu yang di dalamnya penuh dengan harta karun.  Sang pertapa yang bijaksana ini, ketika melihat hal ini langsung saja berlari sekuat tenaga meninggalkan gua yang penuh harta karun tersebut.  Di tengah jalan ia berpapasan dengan tiga serdadu yang nampak keheranan menyaksikan sang pertapa tua yang sedang ketakutan tersebut.  Ketiga serdadu tersebut bertanya mengapa pertama itu berlari ketakutan, pertapa itu menjawab “Saya melarikan diri dari kejaran segerombolan setan.”  Didorong oleh rasa ingin tahu yang amat mendalam, ketiga serdadu itu mendesak, "Tunjukan hal itu kepada kami."   Karena dipaksa, sang pertapapun membawa ketiga serdadu itu menuju gua harta karun yang baru saja ditemukannya.   "Lihatlah!" kata sang pertapa, "Inilah setan, sang kematian yang sedang mengejar diriku."   Ketiga serdadu itu saling memandang dan merasa bahwa sang pertapa tua itu adalah seorang yang amat bodoh dan sedang dirasuki setan. Karena itu mereka melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya. Kini mereka bersorak atas apa yang baru saja mereka temukan, dan memutuskan bahwa salah satu di antara mereka harus kembali ke kota untuk membeli bahan makanan yang cukup serta membawa alat-alat untuk menggali dan menumpulkan harta karun tersebut, sedangkan dua yang lain akan menunggu dan menjaga dalam gua sehingga harta karun tersebut tidak jatuh ke tangan orang lain.  Salah satu di antara mereka menawarkan diri untuk menuju kota. Dalam perjalanannya ke kota ia mulai merancang suatu rencana jahat. Apa yang akan dibuatnya? Ia berpikir untuk meracuni makanan yang akan diberikan kepada kedua temannya. Bila keduanya mati keracunan maka harta karun itu akan menjadi miliknya tanpa harus dibagi-bagi.   Pada saat yang sama kedua serdadu yang menanti dalam gua juga sedang berembuk mencari jalan agar harta karun yang ada hanya dibagikan di antara mereka berdua. Keputusan mereka telah bulat, teman yang kini menuju kota itu harus dibunuh saat ia tiba kembali ke dalam hutan ini.   Maka terjadilah!!! Ketika sang teman datang membawa makanan serta beberapa alat yang dibelinya dari kota, ia dengan segera dibunuh oleh dua teman lain yang menunggu di dalam gua.   Setelah itu keduanya duduk berpesta pora menikmati makanan yang baru dibawa itu. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Pesta pora kini berubah kelabu. Keduanyapun mati keracunan, dan harta karun yang ada dalam gua tersebut ditinggalkan sebagaimana adanya sejak sedia kala.   Sang pertapa ternyata benar. Harta karun dalam gua tersebut ternyata telah berubah menjadi seumpama singa lapar yang siap menerkam dan membunuh. Ketamakan ternyata adalah suatu kekuatan yang bisa menghancurkan dan mematikan. 

Itu sebabnya dalam Lukas 12:15 Yesus memperingatkan kita untuk “"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Ya.. kita harus berwaspada terhadap ketamakan.  Ketamakan dapat mencelakakan diri kita.  Ketamakan dapat merusak relasi dengan orang-orang terdekat kita. Hubungan suami isri / orang tua anak bisa hancur karena ketamakan yang sibuk mencari harta dan kepuasan sendiri tanpa memikirkan relasi orang yang ada didekatnya. Ketamakan dapat menghilangkan damai sejahtera dalam diri. Ketamakan dapat membunuh kita.  Jika kita terus hidup dalam ketamakan yang hanya memuaskan nafsu pribadi, hati-hati, kita akan mengalami penyesalan dalam hidup kita, entah apa yang akan terjadi, yang pasti ada akibat yang buruk yang akan menimpa orang-orang yang tamak.

Langkah-langkah Menghadapi Ketamakan
Lantas bagaimanakah solusi untuk menghadapi ketamakan?  Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.  Memang solusi ini tidak mudah, itu semua tergantung kita mau atau tidak melakukannya. 
Pertama, cobalah untuk mensyukuri dengan apa yang kita miliki.  Ada seorang yang sangat kaya di Amerika pada awal tahun 1900an.  Ketika di tanya: menurut anda apakah itu kecukupan?  Ia menjawab, jika saya mendapatkan lebih dari apa yang saya miliki dari saat ini, itu baru cukup.  Dengan kata lain seumur hidup ia tidak akan merasa cukup.  Pdt Paul Gunadi pernah mengatakan bahwa “ketamakan itu adalah kegagalan untuk menghargai apa yang kita miliki.”   Dalam ketamakan tidak terdapat kedamaian, karena ia selalu merasa kurang.  Sebab itu mengatasi ketamakan dibutuhkan rasa syukur.    Jika ketamakan adalah sifat yang tidak pernah puas untuk memperkaya diri, selalu ingin beroleh banyak dan serakah, maka kita harus melawan ketamakan itu dengan sikap ucapan syukur, yaitu sikap puas dengan segala rasa terima kasih  kepada Tuhan terhadap apa yang telah ia terima dari Tuhan, dan apa yang ia miliki saat ini.  Dalam hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan akan mengikis ketamakan.  Ucapan syukur ini bukannya berarti setelah itu kita tidak usah berusaha atau bekerja sama sekali karena merasa cukup.  Tidak!  Ucapan syukur itu tetap membutuhkan usaha dan kerja keras, namun apapun hasil yang diperolehnya (entah sedikit, entah banyak) ia akan menyampaikan terimakasihnya kepada Tuhan, seakan-akan merasa puas dengan apa yang diraih.   Nah...Semakin sering kita mengucap syukur atas apa yang ada dalam hidup kita, semakin kita akan terjaga untuk tidak menjadi tamak dan tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain.  Sebab itu mari kita isi hati kita dengan ucapan syukur, puas dengan apa yang kita miliki, hargai apa yang kita miliki, dan jangan suka membanding-bandingkan apa yang kita punya dengan orang lain.  Orang yang tau bersyukur, adalah orang yang tau menghargai berkat Tuhan dalam hidupnya.

Kedua, cobalah untuk lebih mementingkan dan mendahulukan kehendak Tuhan.  Terkadang ketamakan timbul oleh karena kekhawatiran akan masa depan kita.  Kita takut kalau masa depan nanti terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan; kita khawatir anak kita tidak terpenuhi kebutuhannya; kita khawatir kalau suatu saat kita akan hidup kekurangan; dan dari kekhawatiran ini mendorong kita untuk menginginkan banyak hal dan kalau perlu melakukan segala cara untuk dapat memperolehnya.  Saudara, jika itu yang saudara alami: mari kita pegang prinsip yang terdapat dalam Matius 6:33 yang mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  Ayat ini berbicara terhadap orang yang khawatir akan kehidupannya, yaitu akan apa yang akan mereka pakai dan apa yang mereka makan.  Tetapi Tuhan berkata: carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya.   Dengan kata lain, mari dahulukan kehendak Tuhan di atas kehendak kita.  Apa saja kehendak Tuhan yang berkaitan dengan ketamakan?  Tuhan mau kita untuk tidak terikat akan harta, apalagi menyembahnya, Tuhan mau kita bersyukur senantiasa, Tuhan mau kita mengasihi sesama, bukannya merugikan sesama kita, Tuhan mau kita melayani dia,  Tuhan mau kita hidup jujur tanpa kecurangan, Tuhan mau kita lebih banyak memberi daripada menerima, dan sebagainya.  Itulah kehendak Tuhan dalam setiap kehidupan anak-anaknya.  Dan Tuhan meminta kita untuk lebih dahulu mencari akan kehendak Tuhan.

Setelah kita mendahulukan kehendak Tuhan dan kebenaran-Nya, selanjutnya Tuhan mengatakan “...maka semuanya itu akan ditambahkan kepada-Mu”.   Apa yang ditambahkan kepada kita?  Semuanya.  Yaitu segala sesuatu yang kita khawatirkan tadi, termasuk mengenai masa depan kita, kecukupan materi dan sebagainya.  Ya... Semua itu akan ditambahkan kepada kita.  Disini kita diingatkan bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan.  Berkat itu bukan milik kita.  Tapi milik Tuhan.  Dia yang berhak memberikan berkatnya kepada barangsiapa Ia berkenan.  Sesusah payah apapun jerihpayah kita, jika Tuhan tidak mau memberi berkatnya maka kita tidak akan mendapat.  Sebab itu mari kita belajar untuk mendahulukan kehendak Tuhan daripada kehendak kita.  Kehendak Tuhan jauh lebih baik dari pada kehendak kita.  Kehendak kita mungkin hanya memuaskan diri sementara saya, tetapi kehendak Tuhan bersifat kekal, di mana kita akan mendapatkan kepuasan yang kekal.

Diakhir khotbah ini saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang raja terkenal dari Makedonia yaitu Alexander the great atau Iskandar agung.  Ia adalah seorang raja yang berkuasa pada zamannya, dan tidak ada yang mengalahkan kebesarannya.  Suatu saat ia mengalami sakit keras.  Dan ia berkata kepada dokter yang merawatnya seperti ini:  “Ambilah setengah dari kekayaanku, jika kamu dapat mengantarkan aku untuk menemui ibuku sebentar saja.” Dokter menjawab: “Jangankah separuh, bahkan seluruh kekayaan baginda diberikan kepada hamba semuanya, hambapun tidak akan mampu menambah 1 tarikan nafas.”  Mendengar jawaban itu , air matanya pun berlinang dipipi sang raja.  Dia berkata:   “Seandainya saya tahu begitu berharganya 1 tarikan nafas, maka saya tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan.”  Kemudian sang rajapun berpesan, supaya nanti sewaktu diarak dalam peti mati menuju peristirahatannya yang terakhir ia minta agar kedua tangannya dikeluarkan, supaya setiap rakyatnya dapat melihat bahwa Alexander Agung yang hebat dan mampu menguasai wilayah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia ini ternyata harus berpulang dengan tangan kosong. Tidak memiliki apa-apa dan tidak membawa apa-apa. 

Kelahiran dan kematian adalah awal dan akhir, yang terpenting dari hidup ini adalah bagaimana kita mengisi kehidupan yang ada diantara keduanya.  Untuk itu jangan lupa untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam hidup kita.  Jangan isi dengan ketamakan, namun isilah dengan ucapan syukur, dan hal-hal yang memperkenankan hati Tuhan.


WASPADA TERHADAP DOSA KETAMAKAN (YOSUA 7) #1




Ketamakan merupakan sifat dasar dari setiap manusia.   Apa sih itu ketamakan?  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tamak itu diartikan:  selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri; loba; serakah.  Sementara ketamakan dimengerti sebagai: keinginan untuk selalu memperoleh (entah itu harta, kekuasaan, materi, dsb) sebanyak-banyaknya.  Sejak awal manusia diciptakan, setiap kita memiliki kecenderungan untuk tamak, menginginkan materi sebanyak-banyaknya untuk kepuasan sendiri.  Lihat klip ini (baby berebutan dot: 1.25 mnt)Coba perhatikan klip ini, kedua anak ini sama-sama diberi compeng masing-masing satu.  Tapi mereka tidak merasa puas dengan apa yang mereka miliki, ada keinginan untuk memperoleh compeng sebanyak-banyaknya, kemudian mereka baku berebut.  Bukankah hampir semua anak-anak begitu?  Selalu ingin mengumpul lebih-dan lebih untuk kesenangan sendiri.  Dari sini kita disadarkan bahwa dalam setiap pribadi kitapun ada kecenderungan untuk jatuh kedalam dosa ketamakan.  Kita tidak bisa memungkirinya.  Setiap kita disini, tidak peduli orang kaya atau tidak, tidak peduli berapapun usia kita, tidak peduli apapun pekerjaanmu, bahkan termasuk saya sendiri yang notabene adalah seorang hamba Tuhan,... ya setiap kita sangat memungkinkan untuk jatuh dalam dosa ketamakan.  Mengapa?  Sebab sejak awal kita lahir, natur dosa yang satu ini sudah diturunkan dalam kedagingan kita.

Tetapi harus kita tahu bahwa Tuhan sangat membenci dosa ketamakan ini.  Dalam Alkitab berkali-kali Tuhan menegur, memarahi, bahkan mengutuk sikap-sikap anak Tuhan yang begitu tamak.  Itu sebabnya penting bagi kita untuk merenungkan tema ini, sebagai awasan dan pengingat bagi kita, untuk tidak terjatuh dalam dosa ketamakan.  Mari kita belajar dari kisah Akhan dari perikop yang sudah kita baca.  Saya yakin bahwa kisah ini ditulis dalam kitab ini untuk menjadi peringatan kepada setiap orang yang membacanya untuk menghindari sikap ketamakan dalam diri. 

Saya akan memberikan sedikit garis besar agar kita lebih memahami perikop ini.  Kitab Yosua ini menceritakan tentang bagaimana umat Israel akhirnya masuk ke dalam tanah pernjanjian yang dijanjikan Tuhan.   Sejak zaman Musa, umat Israel selalu dijanjikan bahwa mereka akan melewati padang gurun dan akan memasuki tanah perjanjian yang kaya akan susu dan madu.  Sesampainya di tanah itu, Musa meninggal dan digantikan oleh Yosua.  Tuhan memakai Yosua untuk memimpin umat Israel menguasai tanah perjanjian.  Sebab itu dalam kitab Yosua hampir sebagian besar isinya peperangan Yosua melawan bangsa-bangsa sekitar yang sudah berdiam disana.  Karena Tuhan telah menjanjikan tanah itu kepada Israel maka Tuhan juga memberikan kemenangan demi kemenangan menghadapi semua musuhnya.

Namun apa yang terjadi di pasal 7.  Ketika mereka akan berhadapan dengan suku Ai, yaitu suku yang sebenarnya sangat kecil dan sangat sedikit jumlah penduduknya, yang dikatakan bahwa hanya dengan 3000 pasukan saja cukup untuk mengalahkannya, namun Israel lari terbirit-birit kalah terhadap suku yang kecil itu.  Apa penyebabnya?  Selidik punya selidik, ternyata penyebabnya satu, karena umat Israel tidak taat kepada perintah Tuhan.  Seorang yang bernama Akhan telah mengambil barang-barang jarahan yang seharusnya dikhususkan untuk pekerjaan Tuhan.  Ketamakan Akhan membuat Tuhan tidak berkenan terhadap umat Israel sehingga mereka kalah menghadapi suku Ai.  Mari kita lihat, bagaimana sih awal mula ketamakan itu.

Datangnya Ketamakan
Setelah didapati bahwa Akhanlah yang bersalah terhadap kekalahan Ai, lantas Yosua bertanya kepada dia: mengakulah, apa yang telah kau perbuat?  Coba perhatikan jawaban Akhan di ayat 21 “aku melihat di antara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah sekali."

Perhatikan setiap kata kerjanya.  Ketamakan itu pertama di mulai dari melihat. Ada sesuatu yang menggiurkan dimata kita, entah itu harta, wanita, jabatan, atau apa saja yang menarik penglihatan kita, dan kita belum memilikinya.  Dalam konteks Akhan, ia melihat barang-barang jarahan yang begitu indah dan mahal.  Dan apa yang kita lihat itu tidak bisa kita hindari.  Setiap hari kita akan melihat banyak hal menarik disekitar kita.  Namun tidak masalah jika kita hanya melihat.  Yang dapat menjadi masalah itu adalah ketika kita mulai menginginkannya.  Menginginkan itu sendiri sebenarnya tidak menjadi masalah.  Namun jika keinginan itu hanya untuk memuaskan nafsu pribadi, dan mengorbankan kepentingan orang lain, apa lagi bertentangan dengan Firman Tuhan, disitulah akan menjadi bahaya besar.   Setelah Akhan melihat harta yang menarik itu, ia menginginkannya meskipun ia tahu persis bahwa harta itu   sebenarnya dikhususkan untuk Tuhan.  Keinginan inilah pemicu jatuhnya dosa ketamakan.  Dan dosa itu benar-benar terjadi ketika ada tindakan yang mendukung keinginan itu.  Setelah mengingini Akhan langsung mengambil semua barang itu sesuai dengan keinginannya.  Dan dosanya semakin diperparah, karena setelah mengambil ia menyembunyikannya dalam-dalam.  Mengapa ia menyembunyikan?  Karena ia tau persis bahwa tindakannya itu salah besar.  Ia tau ia salah, tapi ia tetap melakukannya demi kepuasan nafsu pribadi. 

Inilah proses terjadinya dosa ketamakan.  Itu juga kan yang dilakukan para koruptor?  Mereka melihat ada kekuasaan atau harta yang menarik perhatiannya.  Lantas mereka menginginkan kekuasaan dan lapar akan kekayaan demi kesenangan mereka sendiri.  Lalu mereka menghalalkan segala cara untuk meraup semua itu. Setelah melakukan kecurangan itu, kemudian segala tindakannya disembunyikan erat-erat dengan tipuan-tipuan yang sangat licik.  Mana ada koruptor yang terang-terangan melakukan korupsi.

Sebab itu saudara, mari kita hati-hati dengan apa yang kita lihat dan apa yang kita inginkan.  Ada lagu yang mengatakan dari mana datangnya cinta?  Dari mata turun ke hati.  Namun bukan hanya cinta yang datang dari mata turun kehati, dosa ketamakan pun demikian.  Datang dari mata, dan turun kehati.   Jika kita tidak berhati-hati maka kitapun akan menjadi orang yang tamak, yang terlalu mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain.  Atau mungkin saat ini malah ada di antara kita yang sudah terjatuh dalam dosa ketamakan itu (entah tamak harta, tamak kuasa, atau tamak jabatan, dsb), dan saat ini sedang menyembunyikan dosa itu erat-erat.  Jika ada, mari perhatikan  poin berikut tentang dampak dari dosa ketamakan.

Sunday, August 26, 2012

Menyebranglah Kemari dan Tolonglah Kami (kis. 16:4-12) #3



2.      Taat/ segera melakukan kehendak Tuhan.
Satu minggu yang lalu salah seorang jemaat berkata kepada saya setelah mendengarkan khotbah di hari minggu:  “Fong, saya kira jemaat sudah sering mendengar perintah untuk memberitakan injil seperti ini.  Kayaknya khotbah seperti ini sudah sering kita dengarkan, dan kita sudah tau semua.  Tapi toh hasilnya sampai sekarang sama aja.  Jumlah jemaat tetap-tetap aja.”   Setelah merenungkan mengapa ini bisa terjadi, saya menemukan bahwa seringkali ini terjadi karena kita hanya membiarkan Firman Tuhan itu bekerja dalam otak dan hati saja, tapi tidak pernah kita tuangkan dalam tindakan.  Tapi kita harus menyadari, bahwa kepekaan tanpa ketaatan untuk melakukannya maka semuanya sia-sia.  Percuma kita peka akan kehendak Tuhan, tetapi jika kita tidak taat dan segera melaksanakan kehendak itu, maka kita belum mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam diri kita.
Mari kita melihat kembali kepada sikap Paulus.  Setelah ia mendapatkan penglihatan tentang orang Makedonia yang berseru “Menyebranglah kemari dan tolonglah kami”, di ayat 10 dituliskan “Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.”  Dalam Alkitab terjemahan sehari-hari, dikatakan: Kami langsung pergi ke Makedonia.  Dalam versi bahasa Inggris juga dituliskan: immediately yang menunjukkan kesegeraan tanpa menunda-nunda.  Hal ini menunjukkan bahwa: Tanpa menunda-nunda lagi, Paulus segera  melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. 
Menariknya waktu saya menggali kata “Segera” ini, ternyata kata ini juga dipakai dalam beberapa kisah lain di alkitab.  Kata ini pernah dipakai ketika Yesus memanggil Petrus dan Andreas, ketika mereka sedang menjala ikan.  Ketika Yesus memanggil mereka, Petrus dan Andreas segera meninggalkan jala mereka, pekerjaan mereka, dan mereka memutuskan untuk mengikut Yesus.  Hal yang sama juga terjadi dengan Yakobus dan Yohanes, ketika mereka berdua diajak Yesus untuk menjadi murid Yesus, Alkitab menuliskan “Lalu mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.”  Pernah juga dituliskan ketika Petrus berjalan di atas air, dan lalu ia mulai ragu, lantas ia mulai tenggelam.  Alkitab menuliskan: “Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menangkap dia”.  Coba bayangkan jika Yesus menunda-nunda untuk menangkap Petrus? Pasti Petrus sudah tenggelam.  Kata segera ini juga yang dipakai untuk menunjukkan bahwa Paulus langsung pergi mengikuti apa kehendak Tuhan, yaitu ke Makedonia.
Memang segera bertindak merupakan sikap yang dikenan Tuhan.  Pernah dikisahkan ada seorang yang mendatangi Yesus dan berkata:  “Tuhan aku mau mengikuti Engkau, tapi ijinkalah aku menguburkan ayahku terlebih dahulu”  Apa respon Yesus?  Yesus mengatakan “Ikutlah aku, biarkan orang mati menguburkan orang mati.”   Ketika saya mempelajari kisah ini saya sempat bertanya-tanya.  Mengapa Tuhan begitu tega.  Orang mau menguburkan ayahnya apa salahnya.  Bukankah Yesus mengajarkan untuk menghormati orang tua yang telah mengasuh kita?  Kan menguburkan itu bagian penghormatan?  Kalau ada tim diakonia pada waktu itu mungkin mereka bisa protes sama Tuhan.  Kalau Yesus merupakan salah satu anggota gereja mungkin sudah disidang di rapat majelis.  Tetapi setelah saya mempelajari dengan baik, saya menemukan ternyata tidak seperti itu kisahnya.  Sebenarnya ayah dari orang ini belum meninggal.  Orang Yahudi punya kebiasaan jika ada seorang yang meninggal mereka langsung menguburkannya di hari yang sama.  Jadi jika memang ayah dari murid ini meninggal, tidak mungkin ia meninggalkan pemakaman hanya untuk bertemu Yesus sebentar.  Lagipula pasti bagi Yesus tidak masalah jika ia pergi menguburkan sebentar saja.  Namun pernyataan ini menunjukkan bahwa ayah orang ini belum meninggal.  Jadi pemuda ini seakan ingin berkata:  Tuhan saya mau mengikut Engkau, tetapi tunggu ayah saya meninggal, baru saya kuburkan, baru saya mengikut Engkau.  Dengan kata lain pemuda ini hendak menunda-nunda waktu.  Karena itu Yesus berkata:  Ikutlah aku, biarkan orang mati mengubur orang mati.
Yesus menginginkan sikap ketaatan dan kesegeraan dalam hidup anak-anak-Nya.  Setiap kepekaan akan kehendak Tuhan harus diiringi dengan kesegeraan untuk melakukannya.  Bagi Tuhan sikap menunda-nunda itu bukanlah sikap seorang murid.  Buat apa kita mengetahui kehendak Tuhan, tapi kita tidak melakukannya dengan segera.  Sebab itu mari kita meneladani sikap Paulus.  Ketika ia mengetahui bahwa Tuhan mau ia melayani di Makedonia.  Ia segera mencari kesempatan untuk pergi kesana tanpa menunda-nunda.  Dalam terjemahan lain dikatakan:  Kami segera memutuskan!  Ini berarti, kehendak Tuhan seharusnya bekerja sama dengan keputusan kita.  Atau dengan kata lain:  Kehendak Tuhan harus diiringi dengan ketaatan dan kesegeraan kita untuk melakukan kehendakNya.
Michael Barret Fisher, seorang misionaris dari Amerika, baru-baru bersaksi di doa malam di gereja kita.  Saya sangat terberkati dengan kesaksiannya ketika ia berusaha menginjili untuk suku-suku terabaikan.  Setelah datang ke Makassar, Michael selalu berdoa agar Tuhan menunjukkan jalannya untuk dia bisa menginjili daerah yang belum mendengar injil.  Kemudian pada waktu ia berbicara dengan salah satu orang di Makassar, orang itu berkata “pak Michael, kalau bapak mau, saya ada kenalan di Selayar.  Dia tokoh penting agama mayoritas di sana.  Bisa dibilang dia pemimpin di daerah itu.”  Tanpa berpikir panjang dan tanpa menunda-nunda, Michael Baret langsung mencari kesempatan untuk berjumpa dengan pemimpin di Selayar itu.  Ia membuat appointment dengan orang yang mengenalkannya, dan mereka berdua pergi bersama-sama berkunjung ke tokoh penting Selayar tersebut.  Awalnya mereka berkenalan, berbincang-bincang persahabatan, dan tidak berapa lama Michael memberanikan diri untuk menyampaikan injil.  Dia berkata: “Pak, apakah bapak mengenal baik tentang siapa nabi Isa?”  Tanpa di duga bapak itu menjawab “Wah kebetulan sekali.  Akhir-akhir ini saya sering bermimpi didatangi oleh nabi Isa itu.  Sepertinya Ia ingin berbicara sesuatu kepada saya.”  Kemudian ia meminta Michael untuk menceritakan lebih jelas tentang Isa.  Mereka bertemu dalam beberapa kali, dan pemimpin itu kini memiliki iman kepada nabi Isa yaitu Yesus Tuhan kita.  Seandainya Michael menunda-nunda waktu, mungkin ia tidak mendapat kesempatan yang baik itu untuk mengabarkan injil.
Karena itu saudara, jangan menunda-nunda dalam melakukan pekerjaan Tuhan.  Seperti yang kita tau, bulan Agustus ini gereja kita mengadakan bulan misi.  Sepanjang bulan ini kita dicegokin dengan banyak khotbah yang mendorong kita, memotivasi, mengingatkan kita untuk terus mengabarkan injil.  Disetiap minggu kita sudah mendengar suara Tuhan yang memerintahkan kita untuk menginjili.  Pertanyaannya maukah kita segera melangkah untuk pergi membagikan kabar baik tersebut?  Mau kah kita taat dan segera melangkah untuk menjalankan panggilan Tuhan itu?  Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membagi kabar baik itu.   Jika anda seorang majikan, cobalah untuk menceritakan tentang Tuhan kepada pembantu saudara, disertai dengan sikap hidup yang baik.  Jika anda seorang pemimpin sebuah perusahan, anda bisa mengadakah ibadah rutin seminggu sekali sebelum bekerja.  Ada banyak kesaksian orang yang dimenangkan melalui ibadah-ibadah kantor seperti ini.  Jika anda seorang anak, mari memberanikan diri mengenalkan Yesus kepada keluarga kita yang belum percaya dengan teladan hidup kita.  Saya sendiri ketika ada kesempatan terkadang bisa menginjili anak remaja lewat facebook atau bbm. 
Kesempatan selalu ada, tetapi keputusan ada ditangan kita.  Apakah kita mau menunda-nunda, ataukah kita mau segera melakukan perintah ini.  Mari, jalankan amanat Tuhan.  Segera kabarkan injil-Nya.  Selamatkan jiwa-jiwa yang menjerit minta tolong kepada kita.